Saturday, August 12, 2006

Pakelem Tsunami Dihadiri Utusan Nyi Roro Kidul

RADAR BALI
Minggu, 13 Agt 2006

Rabu, 09 Agt 2006
Pakelem Tsunami Dihadiri Utusan Nyi Roro Kidul

Nyatakan Bali Aman, Usir Pelacur

LEGIAN - Menghadapi ancaman gempa dan tsunami, krama Bali tak boleh berpangku tangan. Menindaklanjuti upaya sekala berupa simulasi penanganan tsunami, sore kemarin ribuan warga desa Adat Legian, Kuta, melakukan ritual niskala berupa pakelem.

"Upaya sekala sudah dilakukan Basarnas, niskala-nya kami lakukan hari ini. Selanjutnya, tinggal pasrah kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan)," kata Bendesa Adat Legian Wayan Widana kepada wartawan di sela-sela persiapan upacara di pantai Legian.

Sebelum ke pantai, warga 700 KK dari tiga banjar mengawali ritualnya dengan matur piuning di pura. Kemudian mengiring barong ke pantai, diteruskan penuduhan. Dan diakhiri pakelem. "Pakelem ini tingkatnya madya," urai Widana.

Sedang banten yang diipakai terdiri peneduhan, prayascita, durmanggala, dan pakelem. Untuk pakelem, mereka membawa banten berupa bebek dan ayam. "Menghadapi bahaya tsunami, memang perlu waspada. Tapi juga jangan takut. Tetap harus menunaikan kewajiban sehari-hari," pesan Widana.

Sekitar pukul 16.25, ribuan warga sudah sampai di pantai. Setelah barong diletakkan di tengah-tengah umat yang membentuk formasi huruf U menghadap laut selatan. Ritual ini dipuput Dane Mangku Dalem Desa Adat Legian bersama pemangku Kahyangan Tiga. "Mudah-mudahan, dengan ritual ini hati kami jadi suci," harap Widana.

Ngaku Utusan Nyi Roro Kidul, Usir Pelacur

Menjelang pakelem dimulai, suasana khusyuk jadi berkurang. Ini menyusul hadirnya Isi Koriiah alias Iis, perempuan 20 tahun asal Banyuwangi. "Saya diutus penguasa laut selatan (Nyi Roro Kidul) untuk menghadiri pakelem tsunami di pantai Legian," kata Iis sambil menari.

Selesai meliuk-liuk, dia mengelilingi tempat banten. Masih sambil menari dan komat-kamit. Belum selesai pemangku memerciki tirta ke tubuh Iis, enam umat lainnya ikut kerauhan. Malah seorang di antara sambil menangis mengurek tubuhnya dengan sebilah keris.

Beberapa pemangku sibuk memercikkan tirta. Sekitar tujuh umat yang kerahuan mulai sadar. "Beberapa kali melakukan pakelem, baru kali ini ada warga kerahuan begitu banyak," kata Wayan Rutha Ady, warga Legian.

Setelah mereka yang kerahuan sadar, ritual pakelem dimulai. Dane Mangku Dalem sambil membawa banten naik speed boat diawaki anggota Balawista (Lifeguard). Ketika itulah, Iis kembali kerahuan. Dia berlari ke tengah laut, kemudian duduk bersila. Dua warga menjaganya. Namun, tanpa diduga, tubuh Iis limbung dan roboh dengan posisi tengadah.

Wajahnya sempat tertutup saat disapu ombak. Untung cepat ditolong dan dibwa ke tepian. Persisnya di tengah-tengah umat yang masih khusyuk berdoa. Perempuan yang baru dua minggu indekos di Jalan Nakula Gang Baik-Baik, Legian, ini kembali kerahuan.

Apa pesannya? Dikatakan, Bali akan aman dari ancaman tsunami. Tapi, syaratnya Bali harus dibersihkan dari pelacur. "Wanita pelacur harus dimusnahkan. Kalau tidak, hancur semua," tegasnya.

"Di sini tenpat suci. Tak ada kotoran di Bali. Kalian harus janji, musnahkan wanita kotor. Saya senang apa yang kalian berikan (pakelem)," ketika Iis mengatakan demikian, Morgan Made Suathra merekamnya dengan tape recorder.

Iis datang ke Bali memang untuk mencari kerja. Pagi kemarin, dia merengek minta diantar ke tempat ritual. "Sejak kecil saya sering kerahuan," akunya.(djo)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home